Sepeda Hilang!

Assalamualaikum..

Bismillahirromaanirrohiim 

Sekitar dua minggu yang lalu sepeda Tuan Besar hilang. Gara-garanya si ayah lupa ngegembok sepeda -____-

Setiap hari sepeda dipakai sampai ke halte U Bahn terdekat. Disana biasanya gak diparkir di tempat sepeda melainkan disender ke pohon besar karena ditempat sandaran besi sepeda sudah penuh dengan sepeda lainnya. Mungkin pagi itu terburu-buru, Tuan Besar langsung menaruh sepeda tanpa memeriksa lagi pengamannya.

Alhamdulillah sepedanya masih rejeki kami. Hari itu juga sepeda itu ditemukan Ayah terparkir, tergembok di dekat halte U Bahn satu halte setelah halte dimana sepeda hilang. Oleh yang menemukan atau mengambil, sepeda itu diparkir disana, tergembok, menjepit satu sepeda lainnya. Oleh pak suami akhirnya sepeda digembok (gembok sepeda masih utuh melingkar di rangka sepeda) ke tiang besi dan ditambah gembok lainnya untuk mengunci roda belakang.

Setelah diskusi denganku akhirnya diputuskan untuk meninggalkan pesan di atas sepeda. Kami berpikir positif bahwa orang ini orang baik dan akan menghubungi Tuan Besar untuk mengembalikan sepeda. Sebenarnya aku juga usul untuk lapor polisi tapi Ayah menolak dan menunggu niat baik si orang itu.

Setelah beberapa hari masih belum ada telefon. Hampir tiap hari pun pak suami mengecek kondisi sepeda. Sebetulnya kalaupun orang itu tidak mau telefon dan mengambil sepedanya yang terjepit sepeda kami pun tidak masalah. Gembok sepeda kami dipasang tidak menghalangi orang itu mengambil sepedanya yang terjepit sepeda kami. Sampai akhirnya satu minggu tidak ada perubahan apa pun, akhirnya Tuan Besar memutuskan lapor polisi.

Dengan lapor polisi, kami berharap bisa dapat solusi mendapatkan sepeda kami kembali. Respon kepolisian cukup cepat karena bukti kepemilikan kami lengkap. Sayangnya hari itu masalah belum terselesaikan karena ketika di TKP pak polisi tidak bisa menemukan nomor rangka sepeda seperti yang tertera di bukti pembayaran. Ketika ditanyakan foto, sayangnya foto yang ada di Handy Ayah tidak terlalu jelas.

Akhirnya kami berdua ngubek-ngubek file foto di henpon dan komputer masing-masing. Polisi minta foto full sepeda dan Ayah bersama sepeda. Ada untungnya juga sering sepedaan dan foto-foto. Ternyata foto yang dianggap gak penting seperti foto sepeda untuk di upload di instagram bisa jadi barang bukti yang akurat heheheh..

Akhirnya setelah lapor ulang ke polisi, hari Jumat lalu kami bisa mendapatkan sepeda kembali. Oh ya ternyata saat itu gembok si orang tersebut sudah dilepas. Sebenarnya tanpa lapor polisi lagi Tuan Besar bisa langsung ambil sepedanya. Berhubung sudah lapor dan polisi sudah datang, Ayah tetap harus menunjukkan bukti kepemilikan dan foto-foto. Keuntungan lainnya adalah kami bisa menemukan lokasi patrian nomor rangka sepeda.

Alhamdulillah si sepeda masih rejeki. Meskipun kami beli bekas kondisinya sudah tidak terlalu prima tapi sepeda ini berjasa untuk sekolah dan makan kami.

-ameliasusilo-

9 Comments Add yours

  1. Ternyata sepeda ada nomor rangkanya ya… hahaha…
    Pernah kehilangan sepeda juga sih. Sepeda diparkir di kampus sudah semingguan, maklum lagi males naik sepeda kalo balik ke wohnung.
    Sepedanya memorable sih. Dulu dibuang orang di tempat sampah dalam kondisi rusak. Lalu dipungut dan dengan penuh kesabaran diperbaiki dan diganti part-nya sedikit demi sedikit sampai akhirnya nyaman untuk dikendarai. Eh sudah sip.., hilang dicuri…. Good bye „Mbah Karto“… terimakasih sudah berjasa selama ini.
    Btw, sepeda buluk itu masih laku ternyata… hehehe

    1. ameliasusilo says:

      Iya mas ada ternyata nyempil kecil hihihi.. mungkin lumayan bisa dijual lagi di kleinanzeige kaan

      1. nomor rangkanya di sebelah mana ya?

      2. ameliasusilo says:

        Tiap sepeda sepertinya beda-beda mas. Yang punya kita disebelah kanan dibawah sadel

      3. Wah repot nih nyarinya. Dulu beli sepeda di Flohmarkt tanpa tahu nomor rangka dsb. Tanpa kuitansi lagi. Sulit juga membuktikan kepemilikan kalau ada masalah ntar.

      4. ameliasusilo says:

        iya mas ternyata hal-hal itu penting. Kalo pas lagi kejadian seperti ini baru terasa manfaatnya.

  2. sikiky says:

    Hatusnya pada naik sepeda ajaaa tuh anak sekolah :(( bukannya bawa motor ngga pake helm. Rumah saya dekat demgan 2 sekolah internasional. Saban pagi liat anak bule atau anak jepang sepedahan ke sekolah mereka. Mirisnya ngga berapa lama mesti liat anak seragam sma bahkan smp pakai motor ke sekolah. Pdahal bisa jadi bapak mereka supir dari keluarga bule/jepang itu

    1. ameliasusilo says:

      Mungkin karena infrastruktur yg kurang memadai dan gaya konsumerisme ya kak.. lalu kemudian balik lagi kekeluarga masing2, klo sudah dipupuk dari kecil dan ortu masing2 juga gitu mungkin kita bisa seperti anak2 bule tadi

  3. sikiky says:

    Tadinya memamg saya ā€œnyalahinā€ infrastruktur. But then again (you probably notice I went to Jogja last weekend) anak anak di sana sepedahan dengan infrastrktur yang ā€œmirip-miripā€ ngga ada angkot, dll. Konsumerisme it issss

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.